This post is also available in: English
By Ruth Leeney and Maman
Blog ini merupakan blog keempat dari seri Perempuan dalam Perikanan.
Di sebuah kota kecil di Bontang, Kalimantan timur, Hani Nusantari tumbuh dengan laut, dia beranjak dewasa dengan menjelajahi, berenang dan juga snorkelling di laut. Ketika Hani berusia 13 tahun, dia belajar dari ayahnya tentang bagaimana cara menyelam, tidak lama setelah itu dia ke Sulawesi Utara untuk menyelam disana, untuk pertama kalinya Hani terpesona dengan lumba-lumba spinner yang melompat di udara. Sejak saat itu, Hani tertarik untuk mempelajari lumba-lumba lebih dalam dari buku Jacques Cousteau, dia kagum dengan petualangan penulis dan kapal yang digunakan selama melakukan penelitian, the Calypso, Hani bermimpi suatu saat dia akan memiliki kapal yang sama.
Perempuan muda tersebut kini telah menjadi aktivis konservasi laut yang sangat penuh dengan semangat, dan juga salah satu pendiri JARI (Juang Laut Lestari), sebuah organisasi yang berdiri pada tahun 1997, fokus pada program kelautan, dan berbasis di Lombok . Arti dari JARI sendiri adalah ‘perjuangan untuk laut yang berkesinambungan’, yang juga merupakan misi organisasi. Tim JARI bekerja untuk mewujudkan tujuan mereka dengan cara melaksanakan pendidikan lingkungan, ekowisata dan pengelolaan perikanan dan kelautan.
Menanam ide..dan terumbu karang
Terletak di jantung segitiga terumbu karang, Indonesia memiliki terumbu karang yang sangat banyak dan beragam, rumah dari ribuan spesies laut, Hani melihat potensi yang besar dari ekosistem laut ini – tidak hanya sebagai rumah bagi spesies laut, tapi juga sebagai pondasi untuk ekowisata yang berkesinambungan dan juga ketahanan pangan komunitas pesisir. Ilmu yang Hani peroleh di bangku kuliah menuntun dia untuk melakukan program pengawasan dan penanaman kembali terumbu karang melalui JARI beberapa tahun yang lalu. “Saya masih ingat bagaimana teman-teman saya mengankap lobster dengan cara merusak terumbu karang…Sangat disayangkan hal tersebut sudah menjadi kebiasaan disini. Hal tersebut membuat saya berpikir, ‘saya harus berbuat sesuatu untuk melindungi terumbu karang kita’ “, kenang Hani.
Saya masih ingat bagaimana teman-teman saya mengankap lobster dengan cara merusak terumbu karang…Sangat disayangkan hal tersebut sudah menjadi kebiasaan disini. Hal tersebut membuat saya berpikir, ‘saya harus berbuat sesuatu untuk melindungi terumbu karang kita’
Padang lamun, hutan mangrove dan terumbu karang memiliki peran yang sangat penting di ekosistem pesisir pulau Lombok dan juga di seluruh Indonesia. Lingkungan bawah laut ini kini terancam oleh praktek menangkap ikan yang merusak, berlebihan, polusi dan juga industri wisata masal.
Melalui JARI, Hani dan rekan kerjanya memiliki tujuan untuk melindungi wilayah laut dan pesisir dengan cara memfasilitasi komunitas dengan peralatan dan keterampilan yang mereka butuhkan untuk mengelola sumber daya alam mereka sendiri. Komunitas melakukan hal ini dengan cara memanfaatkan kearifan lokal yang ada, melakukan penelitian dan aktivitas seperti penanaman kembali hutan mangrove, transplantasi terumbu karang, serta membersihkan pantai bersama, dan juga membangun kepemimpinan masyarakat terkait konservasi laut. Ini adalah usaha kerjasama yang sebenarnya. Seperti dijelaskan oleh Hani, “usaha untuk melindungi laut kita yang unik tidak dapat dilakukan sendiri, namun kita harus bekerjasama dengan semua sektor, termasuk pemerintah (kabupaten dan provinsi), swasta, sekolah, dan juga kelompok remaja untuk memastikan bahwa program-program yang dijalankan berkesinambungan dan memiliki dampak penuh.”
Proses belajar menggiring ke kekerabatan
Setelah menjalankan program-program JARI selama beberapa tahun, prioritas Hani mulai berubah. Setiap kali dia berada di komunitas nelayan, dia menyaksikan anak-anak berenang dan bermain di air, dia merasa bahwa anak-anak tersebut ketinggalan karena mereka tidak dapat menyaksikan keindahan alam bawah laut mereka, dibawa deburan ombak. Hani menyadari bahwa dia dapat melakukan sesuatu untuk mendekatkan anak-anak dengan laut. “Saya merasa ada yang kurang. Saya menyadari bahwa mereka tidak dapat menjelajahi dan membangun hubungan yang sesungguhnya dengan laut, dengan cara mempelajari tentang laut itu sendiri. Saya ingin melakukan sesuatu untuk merubah hal tersebut.”
Hani sadar bahwa manusia memegang peranan yang penting dalam setiap usaha konservasi, dan peran tersebut tidak akan berjalan dengan sukses dan berkelanjutan, kecuali jika masyarakat, terutama gerenasi muda terlibat dan berperan penuh dalam upaya konservasi.
Seringkali, ketika saya bekerja dan tinggal bersama masyarakat, saya melihat anak-anak berenang dan bermain air, tapi saya merasa ada sesuatu yang kurang. Kemudian saya menyadari bahwa mereka tidak memiliki kesempatan untuk belajar mengenai laut, sehingga mereka tidak dapat menjelajahi dan membangun ikatan yang lebih dalam dengan laut. Saya ingin melakukan sesuatu untuk merubah hal tersebut.
Pada tahun 2004, Hani menerima beasiswa dari pemerintah Selandia Baru untuk melanjutkan jenjang S2 pendidikan lingkungan di the University of Waikato. Penelitian Hani pada saat itu adalah mengenai tingkat pengetahuan siswa sekolah dasar di Lombok mengenai lingkungan laut. Dari penelitian inilah Hani membentuk program Pendidikan laut yang dikenal dengan nama Laut Sahabat Kita, dan pada saat ini telah dilaksanakan oleh beberapa sekolah dasar.
Tampak jelas bahwa anak-anak sekolah tersebut sangat menikmati program yang dijalankan. “Anak-anak sangat menyukai permainan yang kita gunakan sebagai alat pembelajaran, mereka juga senang ketika melakukan praktek langsung dengan padang lamun, hutan mangrove dan terumbu karang. Mereka suka berinteraksi dengan hewan-hewan seperti kuda laut, ikan hiu dan ikan-ikan yang lain.”
Hani sangat gembira mendapatkan sambutan yang baik dari siswa sekolah dasar yang terlibat dalam programnya. “Hati saya tersentuh setiap kali ada anak yang meminta kami untuk ‘datang lagi ke kelas mereka’. Dan juga ketika pelajar dari kelas lain berkata bahwa mereka ingin agar kami datang ke kelas mereka juga!”
Menuju kesetaraan gender
Hani menyadari bahwa ketika dia berada di sekolah menengah, sulit bagi perempuan untuk mendalami ilmu kelautan, tapi sekarang, “pengetahuan tidak memiliki batasan lagi. Kita dapat masuk ke dunia kelautan melalui banyak pintu”. Hani optimis bahwa dengan meningkatkan pengetahuan masyarakat akan pentingnya lingkungan laut dan juga mengenai peran-peran perempuan dalam pengelolaan lingkungan tersebut, maka akan lebih banyak perempuan yang tertarik pada laut dan terlibat dalam perlindungan masa depan laut.
Hani juga melihat perubahan pada generasi muda, dimana semakin banyak perempuan yang memiliki peran dan pekerjaan yang dianggap tidak biasa untuk perempuan. “Melalui pekerjaan saya, saya melihat keterlibatan perempuan dalam rapat maupun diskusi masyarakat meningkat. Saya pikir perempuan memiliki potensi yang besar untuk menjadi pemimpin komunitas pesisir”.
Melalui pekerjaan saya, saya melihat keterlibatan perempuan dalam rapat maupun diskusi masyarakat meningkat
Hani berharap bahwa dengan adanya perempuan-perempuan yang memiliki posisi tinggi di sektor kelautan, seperti Menteri kelautan dan Perikanan Indonesia, perempuan-perempuan Indonesia yang lain akan terdorong untuk juga bekerja di bidang konservasi laut dan juga pengelolaan perikanan. Hani sendiri jelas merupakan panutan dan pendorong untuk kesetaraan gender di bidang ini. Sudah ada beberapa perempuan yang telah menempati posisi pemimpin di bidang kelautan di Indonesia; meskipun dengan masih adanya anggapan-anggapan tradisional di masyarakat mengenai peran “perempuan”, dan juga dengan adanya keterbatasan waktu yang dimiliki perempuan untuk dapat terlibat dalam aktivitas-aktivitas lain.
Suami Hani yang juga salah satu pendiri dan direktur JARI, sangat mendukung Hani, baik dalam berkarir maupun berumah tangga, selain itu mereka juga berbagi pekerjaan rumah tangga dan saling menghargai satu sama lain. “Kami memiliki visi yang sama – yakni berkontribusi untuk laut yang sehat – jadi suami saya paham bahwa dia juga memiliki tanggung jawab untuk menjaga anak-anak dan melakukan pekerjaan rumah. Terkadang dia mengajak satu atau dua anak kami berlayar dengannya diseputar Lombok dan Sumbawa. Saya menghormati dia sebagai pemimpin rumah tangga, dan juga sebagai seorang suami yang mencurahkan waktu untuk keluarga”.
Kapal untuk perubahan
Hubungan yang saling mendukung dan juga visi yang sama antara Hani, suaminya dan juga anggota tim JARI yang lain menjadikan JARI sebuah organisasi yang memiliki pendekatan yang beraneka ragam dan luar biasa dalam mencapai tujuan organisasi. Setelah mendedikasikan waktu selama bertahun-tahun untuk membangun JARI dengan rekan-rekannya, mimpi Hani akhirnya menjadi kenyataan – pada tahun 2013, JARI membeli sebuah kapal. Auseana – kapal tersebut diberi nama oleh pelajar dari Indonesia dan Australia yang terlibat dalam program pendidikan JARI – kapal ini dijadikan platform untuk melakukan program pendidikan, penelitian dan konservasi di Lombok dan Sumbawa. “Saya sangat beruntung memiliki teman dan keluarga dengan visi yang sama untuk kepulauan dan laut Indonesia, dan mereka membantu untuk mewujudkan mimpi saya. Sekarang kami memiliki kapal kami sendiri!”
Hani dan rekan kerjanya berharap agar kapal tersebut dapat digunakan oleh kelompok peneliti, dan juga untuk disewakan kepada orang-orang yang mau melakukan kegiatan pengawasan laut. Keuntungan dari ‘wisata penelitian laut’ ini akan digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan konservasi kepada masyarakat pesisir Lombok dan Sumbawa, dan juga untuk mengajarkan anak-anak sekolah di pesisir mengenai cara snorkelling dan juga tentang kehidupan laut. Dengan cara ini, tim JARI berharap agar mereka dapat menjalankan program pendidikan mereka tanpa harus bergantung kepada Lembaga donor.
Visi yang terintegrasi
Meskipun Hani masih memiliki semangat yang tinggi untuk menyelam dan menemui lumba-lumba spinner kesayangannya, pada saat ini, Hani mendedikasikan energinya untuk generasi penerus Indonesia agar menjadi generasi pendukung laut. Sebagai staf JARI yang bertanggung jawab untuk pendidikan dan penyuluhan, Hani menyiapkan dan menyajikan program-program pendidikan di sekolah-sekolah lokal, termasuk program ‘Sister School’ dimana dua sekolah di Lombok Timur berpasangan dengan sekolah-sekolah di Melbourne, Australia. Program ini mengajarkan anak-anak sekolah mengenai persamaan yang mereka miliki dalam hidup mereka – seperti tempat tinggal mereka yang dekat dengan pesisir pantai dan kegiatan yang mereka senangi. Mereka juga belajar tentang latar belakang masing-masing, seperti bahasa, makanan lokal dan agama, mereka juga belajar untuk saling menghormati perbedaan-perbedaan tersebut. Melalui kegiatan ini, Hani membangun hubungan kekerabatan bukan hanya antara siswa dengan lingkungan laut mereka, tapi juga dengan orang-orang dari negara dan budaya yang berbeda.
Walaupun memiliki semangat dan komitmen yang tinggi, Hani menyadari bahwa dampak dari program JARI tidak dapat dirasakan sekarang juga oleh masyarakat pesisir. Pekerjaan ini merupakan kerja jangka panjang dan investasi untuk generasi muda, dan merupakan sebuah kesempatan bagi generasi penerus untuk memahami pentingnya laut dan lingkungan pesisir untuk masa depan mereka, dan juga masa depan bumi. Program pendidikan JARI hanya merupakan salah satu contoh dari program-program inovatif mereka, sebuah visi yang terintegrasi untuk melindungi lingkungan laut Lombok dan juga mendukung masyarakat yang hidupnya bergantung pada laut. Adanya harapan bahwa satu atau dua anak yang telah dididik nantinya akan memimpin upaya perlindungan laut Indonesia membuat Hani terus termotivasi. “Dua pertiga wilayah Indonesia berupa lautan. Kita memerlukan lebih banyak orang untuk menjaga lingkungan laut kita!”. Sangat jelas bahwa Hani melakukan semua hal yang dia bisa untuk menginspirasi anak muda Indonesia agar menjaga laut mereka.
Dua pertiga wilayah Indonesia berupa lautan. Kita memerlukan lebih banyak orang untuk menjaga lingkungan laut kita!
Read more from our Women in Fisheries series:
Building confidence through communication: an interview with Mursiati of FORKANI